Rss Feed
Tweeter button
Facebook button
Digg button

Enam Hari Lima Malam

Katanya sekolah setahun itu “ndak lama kok. Nanti tahu-tahu juga kelar”. DUSTAAAAA. Nyatanya Desember kemarin saya sudah mulai muak, meskipun baru tiga bulan berjalan. Sempat menjalani masa ngerjain tugas sambil mimbik-mimbik akhirnya saya dan suami memutuskan untuk liburan bareng karena beliau pun terlalu rajin bekerja dan sepertinya juga butuh piknik. Kampus saya kebetulan libur paskah (easter break) dari tanggal 1 – 21 April, jadi kami ke Singapura memanfaatkan wiken paskahan itu.

Kenapa Singapura?

  • karena saya ingin makan enak
  • tempatnya sudah familiar
  • ada promo tiket pesawat dari Manchester

Penerbangan MAN-AUH dengan pesawat Etihad memakan waktu hampir 8 jam; pesawat saya berangkat rada telat dari Manchester sehingga tiba di Abu Dhabi kira-kira 45 menit lebih lambat dari jadwal. Dari itinerary, penerbangan saya ke Changi akan berangkat sekitar 3 jam kemudian, jadi saya kira-kira masih punya waktu 1 jam untuk sampai ke gerbang penerbangan lanjutan. Untunglah saya gak harus pindah terminal, jadi selepas turun pesawat dan melewati pemeriksaan keamanan saya masih sempat cuci muka dan gosok gigi di kamar mandi. Sampai di gate, saya cuma duduk sekitar 5-10 menit saja eh kok sudah dipanggil boarding. Yawes malahane cepet masuk pesawat cepet terbang dan cepet sampai. Penerbangan AUH-SIN durasinya lebih singkat, sekitar 6 jam 45 menit. Saat itu di Abu Dhabi malam sudah larut dan sudah masuk jam tidur saya di Manchester sehingga saya segera memposisikan diri untuk tidur.

Pesawat saya tiba di Changi tepat waktu, jam 10 pagi waktu Singapura. Turun dari pesawat saya langsung sms suami ngabarin kalau nanti ketemuannya di terminal kedatangan – kebetulan pesawat beliau juga nanti akan mendarat di terminal yang sama. Eh beliau langsung balas, katanya penerbangannya pindah ke penerbangan berikutnya yang jam 11:50 WIB (harusnya jam 09:25 WIB). Gak ada pemberitahuan apapun dari Traveloka ataupun Tiger, padahal beliau udah berangkat pagi banget dari Bintaro. Hahaha. Puk puk.

Ya sudah saya nunggu 5 jam bengong bengong aja. Males juga keliling padahal ya sebetulnya bisa aja jalan-jalan keliling bandara dan nongkrong di taman. Capek uy setelah 18 jam di jalan apalagi bawa koper πŸ˜† Saya cuma nuker SGD dari GBP di money changer aja, jajan di McD, beli kartu ezlink, lalu ngambilin peta yang disediakan gratis di meja-meja travel agent bandara.

Sejam setelah pemberitahuan “LANDED” terpampang nyata di layar terminal kedatangan kok suami saya ndak kunjung muncul. Masa ya nyasar, wong gerbang imigrasinya cuma satu. Saya yang menunggu sambil excited sampai kemudian bosan kemudian cemas kemudian excited lagi begitu seterusnya. Sampai kemudian saya melihat muka tengil yang familiar itu. Huhuhu kangen.

Kami turun ke stasiun MRT menuju tempat menginap di daerah Geylang, red light district yang banyak makanan enak dan murah HAHAHAHA. Sampai hotel waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore jadi ya sudah bebersih aja, makan di sekitaran stasiun Aljunied, lalu istirahat karena pagi harinya mau ibadah Jumat Agung.

Jumat, 14 April

Kami bangun rada pagi kemudian mandi dan siap-siap ke gereja. Pake batik dong! Sambil jalan ke stasiun kami mampir di foodcourt sebelah hotel. Di situ ada warung Indonesian food, jadilah kami makan di situ. Ternyata yang jualan ibu-ibu dari Sidoarjo yang sudah 20 tahun tinggal di Singapura. Anaknya dua, satu SMA dan satu lagi kuliah. Makanannya enak! Pagi itu saya sarapan nasi sayur rebung santan lauk telur dadar pake tahu. SENAAAAAANG. Kami ibadah di gereja St. Francis of Asisi di Boon Lay karena ada amanah dari Lambrtz untuk menyampaikan selembar kartupos ke tim paduan suara tempat dulu dia aktif menjadi anggota. Bung Lambrtz ini dulu tinggal 8 tahun di Singapore sampai selesai PhD, dan sekarang tinggal di Cardiff sebagai postdoctoral scholar. Sepertinya ybs belum bisa move on dari Singapura sampai-sampai kirim kartupos aja harus dibawain dan disampaikan langsung bukannya dikirim via pos.

Pulang dari gereja kami naik bus dari halte seberang gereja ke Orchard, jalan kaki sepanjang Orchard Road sambil hujan-hujanan (prikitiw) kemudian putus asa dan berteduh di emperan Plaza Singapura. Dari situ kami naik MRT ke Raffles Place karena mau turis-turisan ke Merlion Park. Biasalah hihihi. Penuuuuh banget. Suara-suara yang berbahasa Indonesia juga terdengar di sana sini. Ada serombongan anak sekolah dari Korea yang lagi asik foto-foto tapi didorong-dorong sama emak-emak Indonesia karena rombongan emak mau foto juga. Kasian. Maaf ya dek adek.

Udah lumayan puas foto-foto di Merlion dan Marina Bay Sands (sambil merencanakan kapankah kiranya bisa nginep di MBS) kami jalan kaki ke Lau Pa Sat untuk makan sore – eh malam. Sempat lihat ada hawker yang jual sate tapi pas lihat menunya kok S$ 42… APA APAAN INI. Gak jadi lah. Kami makan hainanese chicken rice saja sama sepaket sayur. Kelar makan kami nongkrong bentar ngeliatin orang lalu lalang, kemudian kembali ke hotel. Rencana pengen balik lagi sih nonton pertunjukan musik dan laser di Marina Bay Sands tapi ternyata pertunjukannya libur karena mereka sedang mempersiapkan konsep baru. Hiks. Ya sudahlah tidur aja karena besok mau ke Pulau Sentosa. Horeeeeee.

Sabtu, 15 April

Daripada jalan kaki dulu ke Aljunied baru naik MRT ke Harbourfront saya mengajak suami naik bus saja langsung dari halte depan gang hotel turun di Vivocity setelah sarapan nasi sayur dan tahu di tempat kemarin. Lagi-lagi biar ngirit nyeberang ke Sentosa kami memilh jalan kaki lewat Boardwalk saja daripada naik monorel. Sampai di Sentosa kami nyari rute ke Madame Tussaud di area Imbiah Look setelah tentunya foto-foto berlatar belakang menara Merlion raksasa itu. Tiket Madame Tussaud sudah termasuk nonton Image of Singapore live dan boat ride. Image of Singapore adalah pertunjukan yang menceritakan sejarah perkembangan negara Singapura sejak ia masih jadi bagian dari Malaysia, kerjasama awal dengan Inggris, hingga kemerdekaan dan pembangunannya sampai sekarang jadi negara yang modern. Penyajiannya bagus dan visualisasinya menarik. Dari situ kami naik kapal macam di istana boneka gitu dengan ikon-ikon Singapura di kiri kanan sungai. Perjalanan naik kapalnya cuma muter sekali doang kemudian kami digiring langsung masuk ke museum Madame Tussaud.

Ada 1D dong! hahahaha saya langsung girang. Masih lengkap berlima pula *peluk dek Zayn* Suami sih nyengir aja liat istrinya kegirangan dusel-dusel anak abege sampai kemudian dia gantian mupeng liat Aishwarya Rai. Puas potopoto di situ kami melanjutkan perjalanan ke wahana kedua: SEA Aquarium. Saya suka tempat ini! Banyak ikan lucu warna-warni dan batu karangnya bagus-bagus. Ada kolam ubur-ubur juga yang dikasih lampu sehingga kelihatannya ubur-uburnya punya banyak warna. Ah. Pengen berlama-lama tapi kaki sudah lelah melangkah. Keluarlah kami dari akuarium raksasa itu dan melangkahkan kaki ke food court, Malaysian Food Street. Makanannya lumayan, ndak terlalu mahal meskipun ada di daerah turis. Kami makan mie udang hokkien yang harganya S$7 aja. Rasanya enak bingits. Beneran enak, bukan cuma karena kelaparan.

Kami jalan kaki lewat Boardwalk lagi kembali ke Vivocity, dan ternyata suami saya pengen ke Henderson Waves, jembatan yang desainnya cantik menyerupai ombak di taman nasional Southern Ridges. Ternyata kalau mau ke Henderson Waves kami harus trekking dulu mendaki ke Mount Faber lewat jalur Marang Trail, yang ujungnya berawal di Marang Rd pas di timur stasiun MRT Harbourfront. Dari situ kudu nanjak kira-kira setinggi gedung 9 lantai baru sampai ke Mount Faber. Kalau mau sih bisa juga naik cable car dari Sentosa langsung ke Mount Faber. Selepas puncak Mount Faber kami melanjutkan perjalanan ke Henderson Waves, foto-foto sebentar di situ sambil menikmati sore hari yang untungnya lagi cerah. Dari puncak tertinggi di Singapura itu kami pun turun nyari jalan setapak ke jalan raya tanpa tahu ujungnya nanti sampai di mana. Salah satu tangga menurun menghantarkan (halah) kami berdua ke Depot Rd. Dari situ kami naik bus ke Esplanade lalu oper bus yang ke arah Geylang, turun di halte yang gak terlalu jauh dari hotel.

Malam harinya kami cuma ngemil-ngemil aja karena masih kenyang, lalu packing karena Minggu pagi mau misa Paskah dan siangnya check out dan pindah hotel.

Minggu, 16 April

Kami bangun pagi-pagi dan pergi misa ke gereja Our Lady Queen of Peace yang letaknya sekitar 1,5 km jalan kaki dari hotel. Sempet nyasar segala karena sepertinya saya lapar. Hush. Pulang misa kami makan di warung Indonesia yang kemarin (lagi!) – kali ini saya makan sayur daun singkong kuah santan sama ati ampela goreng. ADUUHHH INI SURGAAAA. Kelar makan kami langsung check out dari hotel lalu naik bus ke arah Bugis. Turun di stasiun Rochor, kamipun jalan kaki ke hotel tempat kami akan menginap selama 2 malam sampai Selasa siang. Sambil harap-harap cemas saya berharap akan diperbolehkan check-in lebih awal karena waktu masih menunjukkan pukul 12 siang.

PLIS PLIS PLIS BOLEH MBAK PLIS

Setelah minta paspor kami berdua dan menjelaskan bahwa ada deposit sebesar S$50 yang harus dibayarkan sebagai jaminan, senyum manis mbak resepsionis menyertai amplop berisi kunci kamar kami di lantai 15. Syukurlaaaaaaah gak harus mendamparkan diri kemana gitu dulu sambil nunggu check-in jam 2. Kamarnya standar kamar budget hotel sih tapi bersiiihhh banget. Ada rainshower di kamar mandi selain showerhead yang biasanya. Amenitiesnya bagus dan wangi. Ada hairdryer dan sandal bulu. Ada brankas. Ada juga henpon 4G yang bisa dibawa kemana-mana, gratis! (gratis makenya, bukan gratis hemponnya) Mayan buat fesbukan atau sekadar makai googlemaps untuk nyari rute bus. Kami istirahat sebentar kemudian jam 4-an jalan ke Gardens by the Bay naik MRT dari Rochor. Saya sudah beli tiket untuk masuk ke Flower Dome dan Cloud Forest; kami muter-muter liat bunga dan poon sampe puas kemudian melipir ke Supertree Grove menjelang senja sambil nunggu pertunjukan yang diadakan tiap harinya pukul 19:45 dan 21:30. Harus nonton deh, pertunjukannya bagus banget!

Kelar pertunjukan yang 19:45 kami foto-foto sebentar di antara pepohonan Supertree Grove lalu pulang lewat stasiun Bayfront ke MRT Bugis karena pulangnya mau mampir lewat Bugis Street dulu melihat-lihat apa yang bisa dibeli buat oleh-oleh. Selewat aja di Bugis Street, kami makan malam di food court Albert Centre. Tempat ini sebetulnya pasar bahan makanan kering (recommended buat yang suka nyari rempah eksotis) tapi di lantai bawah ada food court yang isinya macam-macam. Waktu itu sudah jam 9 kurang jadi sudah banyak yang tutup, tapi saya sempat makan mie babi panggang dengan fried wonton. Enak banget fried wontonnya sampe saya pengen bungkus tapi gak jadi karena sudah kenyang. Trus malah jadi kebayang-bayang sampe saat ini. Hahahah. Kelar makan kami jalan kaki balik ke hotel setelah mampir di Sevel Ibis Bencoolen untuk menjajal bir Tiger dan Tiger Radler. Yang Tiger rasanya ya kayak lager dan yang Radler malah cuma kayak limun. Sama aja kayak Bintang dan Bintang Radler.

Senin, 17 April

Hari ini kami ndak punya rencana kemana-mana, dan sejak main ke Mount Faber dan Henderson Waves kok suami rasan-rasan katanya pengen liat pohon dan kebon. Ya sudah saya mengusulkan ke Singapore Botanic Gardens yang terletak gak jauh dari Orchard Road. Kami keluar hotel sekitar jam 9 pagi dan sarapan dulu di warung sebelah hotel. Kesalahan besar: pagi-pagi sarapan nasi briyani ayam yang ternyata porsinya buanyak banget. Saya sih habis. Wkwkwk. Setelah leyeh-leyeh sebentar nunggu makanan turun kami jalan ke halte depan National Museum nunggu bus ke Botanic Gardens. Busnya berhenti di halte seberang gerbang Botanic Gardens, dan kami mulai perjalanan dari gerbang di bagian tenggara. Tiket masuknya gratis tis.

KEBONNYA GEDE AMAT YAK

Singapore Botanic Gardens dibagi berdasarkan tema: tanaman obat, bunga, bambu, rimpang, palem, hutan hujan tropis, dll. Papan penunjuk jalan dan peta tersedia di mana-mana sehingga tidak usah takut tersesat. Jalanannya juga bersih sekali meskipun di dalam area yang pepohonannya rapat. Hanya saja sebaiknya hati-hati karena di kebon raksasa ini banyak sekali biawak (duh lupa spesies apa) meskipun biawak ini tidak membahayakan manusia. Ngagetin doang sih. Perjalanan di Botanic Gardens selama kurang lebih tiga jam berakhir di ujung utara, di mana kami nyegat bus kembali ke kota.

Sepulang dari Botanic Gardens kami mampir di Cathedral of the Good Shepherds. Ada dua katedral besar di Singapura, Cathedral of the Good Shepherds dan Cathedral of the St. Andrews. Yang pertama itu katedral Katholik sedangkan satunya lagi katedral Anglikan. Setelah masuk dan foto-foto di sekitar katedral, kami melihat ada menara gereja dengan gaya Neo-Gothic di belakangnya. Kami masuk ke area gereja tersebut dan disambut dengan papan berisi nama-nama restoran. Ternyata di bagian samping bangunan ini memang isinya tempat makan. Kami penasaran di dalam bangunan utamanya ini sebenernya apaan… Ternyata bangunan utama dipakai sebagai tempat pertemuan (ada mimbar/panggung dan kursi-kursi) d bagian depan yang dulunya altar dan di depan pintu ada galeri yang menjelaskan sejarah tentang bangunan ini.

CHIJMES. Sejak dibangun pada abad ke-17, tempat ini digunakan sebagai biara Katholik sekaligus panti asuhan, asrama, dan sekolah. Bangunan utamanya berfungsi sebagai gereja. Pada tahun 1980-an, untuk mendukung pembangunan kota maka gereja ditutup dan asrama serta biaranya dipindah ke daerah Toa Payoh. Bangunan CHIJMES kemudian dikembalikan ke pemerintah Singapura dan dijadikan seperti adanya sekarang.

*manggut-manggut*

Kami jalan pulang lewat Bugis Street lagi dan lagi-lagi mampir makan di Albert Centre sebelum pulang istirahat sore. Hari sudah gelap ketika kami jalan ke luar, kali ini ke Mustafa Centre. Saya nyasar dong nyari lantai dua yang isinya souvenir itu. Setelah akhirnya ketemu kami melihat bahwa harga souvenir di Bugis ternyata lebih murah dan jenisnya lebih banyak. Ya sudah kami cuma belanja seperlunya aja, suami beli samyang (halah) dan saya beli bumbu Bak Kut Teh.

Pulang dari Mustafa Centre sudah jam 10 lewat, kami menyusuri jalanan di Little India yang mulai sepi. Sampai hotel kami mampir dulu di warung sebelah untuk makan malam. Suami pesan mie goreng ayam dan saya pesan roti prata jamur dan telur. Mayan lah biar tidurnya ndak kelaparan. Sebenarnya hari ini menyenangkan (dan mengenyangkan) sekali, tapi sayang kami sudah harus packing karena besok waktunya pulang ke tempat masing-masing…

Selasa, 18 April

Huft. Bangun tidur dengan perasaan berat. Huft. Packingan sudah beres sih sebenernya, tinggal beresin yang tersisa macam alat mandi dan sepatu/sandal. Setelah semua beres kami yang gak mau rugi ini baru check out jam 12 siang teng, dengan masih juga merepotkan mbak resepsionis. Dua ransel dan satu koper kami titipkan sementara kami melenggang belanja oleh-oleh di Bugis Street. Sekitar jam 2 siang saat kami mau kembali ke hotel ternyata hujan deras. As in, deraaaaassss sekali. Sempat khawatir ini nanti gimana kudu ke stasiun MRT Bugis lalu ke bandara dll. Hujan agak mereda lalu kami pun berusaha jalan cepat setengah lari kembali ke hotel. Di bangjo seberang hotel hujan kembali menderas tapi kami gak punya pilihan lain. Nekat aja lari nyeberang jalan saat lampu pejalan kaki berubah menjadi hijau. Sampai resepsionis kami membereskan tas sambil merenungi nasib dan berpikir apa sebaiknya nekat aja naik MRT atau naik taksi ke bandara.

Mau naik Uber atau Grab tapi kok saya belum terlalu berani karena lagi di negara orang (padahal ya sama aja). Di aplikasi Uber tertulis ke stasiun kira-kira habisnya S$17. saya nanya mbak resepsionis ke bandara habis berapa kata beliau sekitar S$30. Pilihan yang sulit. Setelah menengok di luar ternyata hujan masih cukup deras kami memutuskan naik taksi saja. Biar gak rempong dan masih fresh sampai airport. Jadilah kami minta tolong dipesankan taksi yang sudah sampai di hotel gak sampai 10 menit kemudian. Sepanjang jalan hujannya on-off; perjalanan ke stasiun memakan waktu kira-kira 30 menit. Bapak sopir taksi nanya saya di terminal mana naik maskapai apa, saya jawab terminal 2 naik Etihad. Rupanya beliau kurang familiar dengan Etihad, jadi saya bilang aja Tiger baru bapaknya ngerti. Untungnya meskipun kami berdua naik maskapai yang berbeda tapi kedua maskapai tersebut ada di terminal yang sama. Buat naksi dari hotel ke bandara habisnya S$18 aja.

Sampai di terminal 2 suami saya langsung check in dan ngedrop bagasi, dan setelah bagasi sudah masuk saya baru inget kan tadinya mau bungkus kopernya pake plastic wrap dulu. Maaf ya bandara Cengkareng, saya masih takut kalau bagasi saya kenapa-napa atau diapa-apain. Tapi lupa. Ya udah deh berharap ybs kembali ke pelukan tanpa kurang suatu apapun. Setelah beliau dapat boarding pass gantian saya yang check in. Kami main sebentar ke terminal 3 untuk nyari Butterfly Garden yang ternyata tempatnya rada nyempil. Taman kupu-kupu ini lucu banget! Ada banyak pohon dan kupu-kupunya beneran! (ya menurut lo). Varian warnanya gak terlalu banyak sih tapi mereka lucu-lucu sekali. Puas main di situ kami kembali ke Terminal 2, beli oleh-oleh di Duty Free Shop lalu ke gate tempat suami saya nanti akan berangkat. Makan dulu sih di semacam food court yang ibu-ibunya rada jutek. BTW pesawat saya baru akan berangkat 2 jam kemudian, jadi saya ikut sampai ke gate E6 yang lokasinya ujung ke ujung dari gate saya nanti di F60. DEMI CINTA HAHAHAHA. Kami duduk-duduk di depan pintu gate sampai papan di gate menunjukkan bahwa penumpang sudah dipersilakan boarding. Hiks. Dengan sedih saya melepas beliau untuk masuk gate, tapi untungnya saya masih bisa melihat beliau lewat dinding kaca. Hiks. Akhirnya penumpang beneran dipanggil masuk pesawat dan saya pun masih mematung di tempat itu sampai pesawat beranjak untuk lepas landas.

90 menit sebelum jadwal pesawat diberangkatkan saya jalan pelan-pelan ke gate F60 dan langsung lewat security. No fuss. Sejam sebelum take-off penumpang dipersilakan naik ke pesawat, dan saya dengan gembira masuk ke pesawat Dreamliner B787 ke Abu Dhabi yang jauuuh lebih nyaman daripada pesawat lanjutan saya ke Manchester nantinya, B777. Dreamliner formasi kursinya 3-3-3 sedangkan B777 3-4-3. Layar dan handset untuk inflight entertainment-nya juga lebih bagus di Dreamliner. Eniwe, pesawat berangkat dan tiba tepat waktu. Sampai di Abu Dhabi, saya menyempatkan diri untuk mandi, cuci muka, dan sikat gigi di shower yang tersedia gratis di bandara. Showernya ada air angetnya dan bersih! Di Changi aja gak ada shower gratisan πŸ˜† Setelah rasanya segar sayapun menuju gate penerbangan lanjutan. Karena masih antre puuuanjang, saya melipir dulu ngecharge hempon di tembok. Ternyata antrean masuk gate ini panjang sekali karena ada pemeriksaan tambahan.

Beberapa minggu lalu, Amerika Serikat melarang penumpang pesawat yang terbang dari beberapa negara Timur Tengah untuk membawa tablet dan laptop di bawaan kabin. Tidak lama kemudian Inggris menyusul dengan peraturan yang sama untuk 6 negara: Turki, Lebanon, Yordania, Saudi Arabia, Mesir, dan Tunisia. Meskipun Uni Emirat Arab tidak termasuk di dalamnya, tapi toh pemeriksaan keamanan masih diperketat. Tablet dan laptop harus dikeluarkan dan dinyalakan di hadapan petugas. Bawaan kabin harus dibuka dan dilakukan random swab (dicolek colek) menggunakan kertas khusus untuk mendeteksi keberadaan bahan peledak. Istilah kerennya ETD (Explosive Trace Detector). Setelah hasilnya dinyatakan negatif, penumpang baru boleh masuk gate. Fiuh.

Sesuai waktu yang tertera di boarding pass, satu jam sebelum lepas landas penumpang dipersilakan masuk ke pesawat. Jadi demikianlah perjalanan enam hari lima malam kami ke Singapore. Gak ada informasi penting juga sih untuk dikabarkan pada pembaca sekalian, blog ini kan bukan Beritagar atau Tirto. Hehe.

Trus sekarang udah kangen lagi πŸ™ lima bulan masih lama sekali πŸ™

13 thoughts on “Enam Hari Lima Malam

  1. trus skrng tesisnya udh slse?sorry kepo dikit

  2. Warm says:

    Waaaaaaah wah wah wah wah

    Lima bulan itu bentaaaar, percaya deeeehhhh (dari seseorang yg kuliah selama …,-ahsudahlaaaah)

  3. lambrtz says:

    Dari dulu gak sempet2 komen akhirnya terima kasih banyak sudah menuliskan nama saya di sini, dan terima kasih sudah mengantarkan dua kartu pos saya ke Singapore hehehe. Senang melihatmu menikmati negara saya dulu. *eh* Maksudnya negara tempat saya tinggal dulu wkwkwk.

    • Christin says:

      Sama-sama om. Senang bisa mengantarkan kenangan. Anak Singaporean undergrad itu tak ceritain aku ke Boon Lay dari Geylang hanya untuk ke gereja dan ngantar kartupos dia kaget, “Wow that’s a cross country journey. He must be very special person for you”. πŸ˜†

  4. Desty says:

    Sungguh liburan yg singkat, padat, dan jelas bermanfaat πŸ™‚

  5. Ranger Kimi says:

    Duh, baca tulisan ini sungguh bikin baper. Jadi pengen punya sua… Ah, sudahlah. πŸ™

    • Christin says:

      wooo. jalan sama teman juga seru kim. atau kalau kamu suka, jalan sendiri aja. gak perlu banyak foto-foto gak papa juga yang penting senang.

  6. Zam says:

    ITU HOTEL BUDGET APA NAMANYA YANG MINJEMIN HP 4G??

    duh adegan pisah di bandaranya cocok sekali disinetronkan.. yg cewek diperankan oleh Dian Sastro, yang cowok oleh Nicholas Saputra~

    • Christin says:

      WAKAKAK namanya Hotel G Singapore, 200 Middle Road. Adegan pisah di bandaranya sakjane biasa wae kok, ra kudu nganggo mlayu-mlayu cuma buat ciuman. Ning yo ra popo sakjane wong aku rodo mirip Dian Sastro memang

Leave a Reply to Christin Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.