Rss Feed
Tweeter button
Facebook button
Digg button

Love Our Life, and Let Life Loves Us Back

Kemarin dalam perjalanan ke gereja saya naik bis dengan rute yang berbeda. Mau cari suasana lain ceritanya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, sudah bukan jam pulang kerja jadi di dalam bis relatif sepi, hanya ada saya dan beberapa anak kuliahan serta ibu-ibu yang baru pulang dari supermarket. Sore itu dingin, temperatur entah minus berapa, mungkin sekitar minus empat, ditambah angin dan percikan salju tipis turun dari langit membuat saya mengigil kedinginan di halte bis dekat kost.
Bisnya datang. Sudah umum ketika kita memasuki pintu bis yang terletak di seberang kursi pengemudi, si pengemudi biasanya melempar senyum dan mengucapkan hallo. Tapi kali ini… beda. Bapak-bapak setengah baya dengan jaket Arriva itu tersenyum dengan mata yang sangat ramah dan mengucapkan selamat malam. Saya duduk di kursi kedua dari depan. Sepanjang jalan saya mendengar beliau menyenandungkan lagu entah apa. Beberapa kali beliau berhenti di satu halte, membukakan pintu bis dan menyalakan lampu sambil tersenyum menyambut penumpangnya meskipun pada akhirnya tak ada satu pun dari orang-orang yang berdiri di halte itu memasuki bisnya.
Lampu dimatikan, bis berjalan dan ia bersenandung lagi.
Saya gak tahu apa hari ini ia baru gajian atau menang lotere yang membuat ia tersenyum sepanjang jalan. Yang saya tahu, musim dingin yang panjang ini benar-benar menyebalkan dan meskipun saya mengomel kedinginan menunggu bis di halte, bapak supir bis itu pastinya lebih kedinginan lagi. Membuka pintu untuk para penumpang di setiap halte dan membiarkan angin dingin dari luar menyergapnya (meskipun sering tak ada penumpang yang masuk), memberi kembalian receh, dan memberi salam pada semua orang yang turun dari bis.
Kemudian di satu halte, ia berhenti. Pintu depan dibuka. Bukannya penumpang yang masuk tapi ia turun dari bis dan menghampiri orang yang berdiri di halte itu. Ada seorang ibu membawa anaknya yang usianya kira-kira 5 tahun dan satu lagi di dalam kereta bayi. Bapak supir memeluk istrinya, kemudian mencium anaknya satu persatu. Lalu ia kembali masuk dalam bis sambil tersenyum melihat anaknya yang melambaikan tangan padanya.
Lampu dimatikan, bis berjalan dan ia bersenandung lagi.
Hidup ini kadang jadi begitu dingin dan membuat kita mati rasa dan bersikap pahit pada sekitar, tapi kalau kita mau menemukan satu saja alasan kenapa kita mau menjalani hidup yang dingin ini, kita sudah menyalakan perapian dalam hati kita. Perapian yang menjaga hati kita selalu hangat, dan membuat kita juga membagikan kehangatan itu kepada orang di sekitar kita.
Mungkin alasan itu adalah orang yang kita sayangi, sudut favorit di kamar tempat kita bergelung membaca buku dan minum cokelat hangat di hari hujan, atau apapun. Kalian yang tahu jawabannya.
So maybe life’s a bitch. I do agree. Nevertheless, instead of blaming life, why don’t we love this life and let life loves us back?

Kemarin dalam perjalanan ke gereja saya naik bis dengan rute yang berbeda. Mau cari suasana lain ceritanya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, sudah bukan jam pulang kerja jadi di dalam bis relatif sepi, hanya ada saya dan beberapa anak kuliahan serta ibu-ibu yang baru pulang dari supermarket. Sore itu dingin, temperatur entah minus berapa, mungkin sekitar minus empat, ditambah angin dan percikan salju tipis turun dari langit membuat saya mengigil kedinginan di halte bis dekat kost.

Bisnya datang. Sudah umum ketika kita memasuki pintu bis yang terletak di seberang kursi pengemudi, si pengemudi biasanya melempar senyum dan mengucapkan hallo. Tapi kali ini… beda. Bapak-bapak setengah baya dengan jaket Arriva itu tersenyum dengan mata yang sangat ramah dan mengucapkan selamat malam. Saya duduk di kursi kedua dari depan. Sepanjang jalan saya mendengar beliau menyenandungkan lagu entah apa. Beberapa kali beliau berhenti di satu halte, membukakan pintu bis dan menyalakan lampu sambil tersenyum menyambut penumpangnya meskipun pada akhirnya tak ada satu pun dari orang-orang yang berdiri di halte itu memasuki bisnya.

Lampu dimatikan, bis berjalan dan ia bersenandung lagi.

Saya gak tahu apa hari ini ia baru gajian atau menang lotere yang membuat ia tersenyum sepanjang jalan. Yang saya tahu, musim dingin yang panjang ini benar-benar menyebalkan dan meskipun saya mengomel kedinginan menunggu bis di halte, bapak supir bis itu pastinya lebih kedinginan lagi. Membuka pintu untuk para penumpang di setiap halte dan membiarkan angin dingin dari luar menyergapnya (meskipun sering tak ada penumpang yang masuk), memberi kembalian receh, dan memberi salam pada semua orang yang turun dari bis.

Kemudian di satu halte, ia berhenti. Pintu depan dibuka. Bukannya penumpang yang masuk tapi ia turun dari bis dan menghampiri orang yang berdiri di halte itu. Ada seorang ibu membawa anaknya yang usianya kira-kira 5 tahun dan satu lagi di dalam kereta bayi. Bapak supir memeluk istrinya, kemudian mencium anaknya satu persatu. Lalu ia kembali masuk dalam bis sambil tersenyum melihat anaknya yang melambaikan tangan padanya.

Lampu dimatikan, bis berjalan dan ia bersenandung lagi.

Hidup ini kadang jadi begitu dingin dan membuat kita mati rasa dan bersikap pahit pada sekitar, tapi kalau kita mau menemukan satu saja alasan kenapa kita mau menjalani hidup yang dingin ini, kita sudah menyalakan perapian dalam hati kita. Perapian yang menjaga hati kita selalu hangat, dan membuat kita juga membagikan kehangatan itu kepada orang di sekitar kita.

Mungkin alasan itu adalah orang yang kita sayangi, sudut favorit di kamar tempat kita bergelung membaca buku dan minum cokelat hangat di hari hujan, atau apapun. Kalian yang tahu jawabannya.

So maybe life’s a bitch. I do agree. Nevertheless, instead of blaming life, why don’t we love this life and let life loves us back?

34 thoughts on “Love Our Life, and Let Life Loves Us Back

  1. mp3 says:

    Contoh yang mengharukan, dan ugghhh..menohok pas di kesadaran. Makasih tin, udah “ngelingno”. It’s one good point of view to see about life

  2. Cahya says:

    Kehidupan sendiri kadang sudah begitu hangatnya, kadang kita hanya perlu sedikit “kipas-kipas” agar apinya tidak padam 🙂

  3. rukia says:

    huhuhu… jadi terharu bacanya

  4. sez says:

    so.. let sing our life soundtrack?
    hayah… 😀

  5. aduh, koq ya pak supir itu bener2 menikmati banget..

    terharu, tertohok, sekaligus terkagum..

  6. salam kenal mba
    saya rizki
    luar biasa sayang ya bapak itu
    keluarganya memberikan kekuatan

    :mrgreen:

  7. tiieee says:

    doh, adem banget baca ni postingan..
    best story of the day nih 😉

    salam kenal yaaa 😀

  8. purple baloon says:

    uhmmm,,kalo punya 10 jempol semuanya dikeluarin deh mbaakk,,
    hehe..very2 nice postiingg…
    kereennn!!!*sambil berkaca2*:D

    eh iyaaa..aku senasib sama ushi..nemu blog ini dr ngerumpi…
    gak nyesel bukanyaaaa,,,=)

  9. erlin says:

    uhmm.. tidak semua orang bisa seperti bapak itu. semoga ini menjadi bahan pembelajaran dan perenungan untuk saya 🙂

    makasih ya, mba..
    salam kenal 🙂

  10. chopie says:

    huhuhuhuhuh…..makna cinta yg cukup dalam…

  11. pandaya says:

    aduh jd adem abis baca ini
    kadang lebih mudah menyalahkan drpd berlapang dada
    maksih diingetin ya mba 😀

  12. ushi says:

    nemu blog ini dari ngerumpi………….permisi 🙂

  13. Mas Ben says:

    Keluarga adalah tempat terindah bagi Tuhan membagikan kasih sayangNya 🙂

    Salam bentoelisan
    Mas Ben

  14. galeshka says:

    so? have you lit that fireplace in your heart today 🙂

  15. ateta says:

    keren bangget ini,,kerennn bangget…4 thums up…thanks for reminding me..

  16. Jane says:

    setujuuu kakkk!!

    daripada sibuk menangisi setiap pergumulan hidup mending berpikir buat melakukan suatu hal yang lebih inspiring dan membuat hidup kita lebih berguna lagi kedepannya..

    karna hidup itu singkat…jangan sia-siakan hidupmu!!:))

  17. kimi says:

    kitiiiin… aku suka postmu yang ini. aku kagum dengan supir bus itu. dia… mengagumkan.

    dan aku setuju. daripada kita membenci hidup, kenapa kita berusaha untuk mencintainya? mencintai orang-orang yang berada di dalam kehidupan kita? 🙂

  18. poe says:

    menohok nih mbak ceritanya. bikin sedih. oiya, poe anggota baru yah. salam kenal ya mbak. moga mbak mau mampir ke web aku juga.

  19. deeedeee says:

    speechless mba bacanya, terutama saat pak supir turun tuk sekedar bercengkrama barang sebentar sama keluarganya.. oooh that’s so sweet..

    yes, just love the life that we have

  20. Juminten says:

    duh, berasa dejavu. kayak pernah ngeliat kejadian kayak gini jg. ummm… dimana, yah?
    btw, aku setuju banget dgn judul postinganmu ini, chriss! meskipun kadang aku melupakannya. 🙂

  21. didut says:

    tertohok nih tertohok !!! 😀

  22. mas stein says:

    hidup itu indah yo mbak 🙂

  23. Christin says:

    @takodok : love yooooou dear!

    @Mba med : iyahh daku juga speechless 😐

    @ck : ga tahan buat ga nyeritainnya :((

    @chic : dan aku… aku… aku… :((

    @amri : kalo uda nemu bagi2 ya mri 🙂

    @elia : yes, love your life!

    @darahbiroe : makasih juga ya sudah berkunjung

    @warm : ah om warm saya hanya berbagi 🙂

    @desty : iya eh ternyata kalo dibaca pas pulang kerja nenangin juga…

    @dimas : eh tau ga sih aku salut sama kamu yang dedikasi sama kerjaannya gila2an loh dim… tetep semangat yak! *kasih sisir emas*

    @rika : sama-sama! :((

  24. rika says:

    hiks terharu.. thanks for remind us!

  25. Dimas says:

    kitin membuatku tersadar, jangan mengeluh dalam menjalani hari-hari, tersenyum dan dunia akan memberikan senyumannya untuk kita 🙂

  26. desty says:

    menyenangkan sekali membaca postingan ini setelah melewati hari yang berat.
    thanks kitin.. GBU

  27. warm says:

    ah si bapak itu… keren sekali..

    dan kau makin bijak mengambil makna kehidupan dari apa yang kau lihat 🙂

  28. darahbiroe says:

    cerita ini menyentuh bangett

    berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya makasihh 😀

  29. elia|bintang says:

    post of the day.. semua orang tersakiti dalam hidup. orang yang tersakiti cenderung menyakiti orang lain. namun ketika orang yg tersakiti mampu berbesar hati dan membahagiakan orang lain, that’s what makes life beautiful. i love my life 😀

  30. amri says:

    Waah, mantap top. Menyentuh tulisannya. Hidup saya juga butuh perapian, eh

  31. Chic says:

    +1 like this! si bapak itu sangat menghargai pekerjannya.. huhuhuhuhuhuhu

  32. cK says:

    ah kittiiiiin! postinganmu yang ini mengharukaaan. :((

  33. meong says:

    wah supir bis itu begitu … begitu … *kehabisan kata2*

  34. Takodok! says:

    I love you, I love your post. You are loveable, so do I *LOL*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.